Wajahmu yang berpaling, tak sedikitpun memberi jawaban dari banyak suaraku
Kepalamu pun bergeleng, adalah pertanda sesuatu telah mendatangimu
Dan kau bosan hingga meludah untuk setiap ingatanmu
Jika cukup waktu, akan kuberikan semampuku
Tapi, sehari pun tak sempat kuluangkan
Aku bersedih jika mata ini tak sekalipun kau balas lirikanku
Maka diammu cukup menjawab tentang nasib kita esok hari
Dimana tertuang kebencianmu yang galak itu ?
Kemana perginya sesak yang menghanyutkanmu waktu itu ?
Jangan kau dekati aku tanpa mengajak serta perasaanmu yang dulu !
Jadi maaf, aku yang akan menjadi hakim atas hubungan ini.
Selasa, 07 April 2009
CENGENG
Hanya ada pagi
Ada pelangi yang melambai
Datang meredam api, lalu pergi berjejak sembunyi
Sadarku akan batas yang menghimpit diantara balutan sukacita juga benci
Apakah kuasa begitu kuat sanubari
Seperti mendung melemahkan situasi
Bak lautan tanpa lawan berarti
Aku diantara selaput ilusi masih melayang-layang entah kapan sejenak berhenti
Mungkin akan meluap wajah-wajah dan rupa aneh dari banjir kebencian ini
Boleh jadi akan ada letusan teriakan yang lama tersumbat dengan sampah-sampah yang
mengalir dari tempat bernama hati
Ingin rasanya memelukmu,merasukimu dan menelanmu dengan penuh cinta
Maka apa yang masih membuatmu ragu akan wujudku ?
Adakah juga rasa malu telah mengerahkanmu mengabaikan aku yang tak henti mengingatmu?
Dengan gelap hanya akan kuceritakan
Ada pelangi yang melambai
Datang meredam api, lalu pergi berjejak sembunyi
Sadarku akan batas yang menghimpit diantara balutan sukacita juga benci
Apakah kuasa begitu kuat sanubari
Seperti mendung melemahkan situasi
Bak lautan tanpa lawan berarti
Aku diantara selaput ilusi masih melayang-layang entah kapan sejenak berhenti
Mungkin akan meluap wajah-wajah dan rupa aneh dari banjir kebencian ini
Boleh jadi akan ada letusan teriakan yang lama tersumbat dengan sampah-sampah yang
mengalir dari tempat bernama hati
Ingin rasanya memelukmu,merasukimu dan menelanmu dengan penuh cinta
Maka apa yang masih membuatmu ragu akan wujudku ?
Adakah juga rasa malu telah mengerahkanmu mengabaikan aku yang tak henti mengingatmu?
Dengan gelap hanya akan kuceritakan
BERHENTI ?
Merah sudah seperti menguasaiku
Lalu putih mengayun kaki dalam canda berkepanjangan
Aku ingin menjadi muara dengan pagar melingkar
Maka datanglah dan menyelamlah ke dalamnya
Tapi ingat ! jangan sekali-kali kau campuri merah dan putih yang menjadi hatiku
Sudah kuketahui arah lemparan pandangmu
Dan apakah hanya sedikit saja balasanmu menatapku ?
Adakah sedikit saja lamunmu pikiranmu ?
Mungkin saja terlalu jauh ku melempar harapan
Atau juga harapanlah yang tengah menghantamku bertubi-tubi
Lalu kuhimpitkan sunyi aku pun berhenti
Berhenti dengan harapan berhenti
Mengerti dengan berhenti yang kumengerti.
Lalu putih mengayun kaki dalam canda berkepanjangan
Aku ingin menjadi muara dengan pagar melingkar
Maka datanglah dan menyelamlah ke dalamnya
Tapi ingat ! jangan sekali-kali kau campuri merah dan putih yang menjadi hatiku
Sudah kuketahui arah lemparan pandangmu
Dan apakah hanya sedikit saja balasanmu menatapku ?
Adakah sedikit saja lamunmu pikiranmu ?
Mungkin saja terlalu jauh ku melempar harapan
Atau juga harapanlah yang tengah menghantamku bertubi-tubi
Lalu kuhimpitkan sunyi aku pun berhenti
Berhenti dengan harapan berhenti
Mengerti dengan berhenti yang kumengerti.
Langganan:
Postingan (Atom)