Ketika bertemu sungguh ku tak tahu cara menghalangi takjubku
Kala berkenalan sumpah semakin mustahil kutepis perasaanku
Saat berdekatan pun kuingin waktu berhenti selamanya kurental sepuasku
Kulahap pandanganmu lapar ber-milennia
Kunikmati tiap huruf produksi mulutmu
Kutangkap gerakmu bukti kekuasaanNya
Terus kunikmati takjubku sepanjangnya
Sampai kulepas waktu pikirkan selainmu
Hingga kutahan pujian untuk Tuhanku
Menarilah dan undang kematianku
Senandunglah serukan dahagaku
Tamparlah tegaskan kenyataanku
Sempurnakan dunia dan bantulah Tuhan meyakinkan kau pasanganku.
Jumat, 16 Juli 2010
Puaskah
Ingin terbentur ke palung hatimu
Investigasiku kepada tiap inci-nya
Coba memunguti serakan rasa yang kau yatimkan
Lalu kutangisi sepanjang langit belum runtuh
Air mata mustahil kuobral jika cukup ini yang kau sayatkan di imanku
Kutanyakan warna salah apa kau pilihkan untukku
Segala begitu gelap buatku dari sekedar padam matahari
Lebih asyik bagiku tenggelam neraka daripada ini
Lalu pantas kumaki Tuhan dari takdir bodoh ini
Syahadatku untukmu sebagai tawanan hati
Kuundang badai mengantar pada wangimu menamparku
Legit kau merajai deras darahku
Paksa tarian mematikan dalam otakku
Robekan tangisanku menjadi imbalan mahal ketimbang perbudakan ummat ini
Maka tak ada cukupmu sampai ajalku cinta palsu darimu
Kuseduhkan minuman kautsar untuk dengarkan ceritamu
Singgahlah sejenak agar terbagi risaumu
Kutahu tak tersisa maaf untukku paling tidak menjadi solusi khawatirku
Segenap jiwa-raga menjamur hingga bumi mengambil keputusannya
Adakah rasa setelah kuterbangun linglung di emperan pelabuhanmu ?
Bantu aku melepas genggaman jemarimu agar ikhlas berlalu melayani kejaran waktu
Mengharapkan purnama sejenak menghampiri hati
Usapkan gelisah untuk rasa yang tersesat
Safariku jagad raya bukan numpang lewat sirkuit hati biasa kau dengungkan
Entah apa kau pikir aku bermain petak-umpet sebentar muncul sebentar hilang
Tak kujangkau meski kearah tidur matahari
Apa bertahan saja belum cukup menghamba untukmu ?
Adakah lagi samudera belum sampai diludahi mataku ?
Adakah lagi tanah belum disapa langkah gontaiku ?
Adakah lagi langit belum dipuas hitam khutbah-ku ?
Aku kangen dagangan janjimu
Janji setia janji yang mengutukku bertahan senyuman
Dalam hati dalam ruang kau injak-injak makian sakti
Tak membunuhku hanya terkapar kecuranganmu
Tunggulah hingga miskin dayaku lantas mulai dengan sabda mautmu
Aku gulita sebab kemilau dustamu
Jangan buatkan nafas indah sebelum kubosan pura-puramu
Lebih kupilih tamparan ketimbang belaianmu karena kupeduli karena lebih asyik pengkhianatanmu
Biar kubantu pilih pedang yang lebih menyakitiku
Tak lupa kutawarkan garam super asin sebagai selai lukanya
Hanya butuh sedikit tenagamu teguhkan tanah kuburku
Atau tiupkan nyanyian rayu agar terhempas ke bumi tak ragu.
Investigasiku kepada tiap inci-nya
Coba memunguti serakan rasa yang kau yatimkan
Lalu kutangisi sepanjang langit belum runtuh
Air mata mustahil kuobral jika cukup ini yang kau sayatkan di imanku
Kutanyakan warna salah apa kau pilihkan untukku
Segala begitu gelap buatku dari sekedar padam matahari
Lebih asyik bagiku tenggelam neraka daripada ini
Lalu pantas kumaki Tuhan dari takdir bodoh ini
Syahadatku untukmu sebagai tawanan hati
Kuundang badai mengantar pada wangimu menamparku
Legit kau merajai deras darahku
Paksa tarian mematikan dalam otakku
Robekan tangisanku menjadi imbalan mahal ketimbang perbudakan ummat ini
Maka tak ada cukupmu sampai ajalku cinta palsu darimu
Kuseduhkan minuman kautsar untuk dengarkan ceritamu
Singgahlah sejenak agar terbagi risaumu
Kutahu tak tersisa maaf untukku paling tidak menjadi solusi khawatirku
Segenap jiwa-raga menjamur hingga bumi mengambil keputusannya
Adakah rasa setelah kuterbangun linglung di emperan pelabuhanmu ?
Bantu aku melepas genggaman jemarimu agar ikhlas berlalu melayani kejaran waktu
Mengharapkan purnama sejenak menghampiri hati
Usapkan gelisah untuk rasa yang tersesat
Safariku jagad raya bukan numpang lewat sirkuit hati biasa kau dengungkan
Entah apa kau pikir aku bermain petak-umpet sebentar muncul sebentar hilang
Tak kujangkau meski kearah tidur matahari
Apa bertahan saja belum cukup menghamba untukmu ?
Adakah lagi samudera belum sampai diludahi mataku ?
Adakah lagi tanah belum disapa langkah gontaiku ?
Adakah lagi langit belum dipuas hitam khutbah-ku ?
Aku kangen dagangan janjimu
Janji setia janji yang mengutukku bertahan senyuman
Dalam hati dalam ruang kau injak-injak makian sakti
Tak membunuhku hanya terkapar kecuranganmu
Tunggulah hingga miskin dayaku lantas mulai dengan sabda mautmu
Aku gulita sebab kemilau dustamu
Jangan buatkan nafas indah sebelum kubosan pura-puramu
Lebih kupilih tamparan ketimbang belaianmu karena kupeduli karena lebih asyik pengkhianatanmu
Biar kubantu pilih pedang yang lebih menyakitiku
Tak lupa kutawarkan garam super asin sebagai selai lukanya
Hanya butuh sedikit tenagamu teguhkan tanah kuburku
Atau tiupkan nyanyian rayu agar terhempas ke bumi tak ragu.
Temanku
Pagi kupasang senyuman pada layout langitmu, berhentak sekujur tubuh dari malam lelapku
Cukup tenang gayamu hari ini seolah hanya aku penghunimu
Masih diam berhenti kuhadang sejukmu dan menunggu sejolimu yang sombong itu
Yah..matahari belum bosan mengantarmu pada malam gelamour kelap-kelip
Kubersumpah memulangkanmu pada kejayaan, kejayaan bentakan si jantan sebelum raungan besi-besi
Kejayaan tembang tuturan Ilahi
Maka berhentilah menangisi hari-hari dan rebutlah mimpi dari angkuhnya penguasa negeri
Pagi-ku..jangan bosan mengundangku berpuisi untukmu.
Cukup tenang gayamu hari ini seolah hanya aku penghunimu
Masih diam berhenti kuhadang sejukmu dan menunggu sejolimu yang sombong itu
Yah..matahari belum bosan mengantarmu pada malam gelamour kelap-kelip
Kubersumpah memulangkanmu pada kejayaan, kejayaan bentakan si jantan sebelum raungan besi-besi
Kejayaan tembang tuturan Ilahi
Maka berhentilah menangisi hari-hari dan rebutlah mimpi dari angkuhnya penguasa negeri
Pagi-ku..jangan bosan mengundangku berpuisi untukmu.
Langganan:
Postingan (Atom)